Jumat, 14 September 2012

Syahroni Mencari Cinta

“Syahroni... Syahroni....” 
“Apa sayang....????” 
“Syahroni...”
“Eeemmm.... ada apa sayang....” 
“Syahroni.....!!!!!” 
Tiba-tiba kurasakan sebuah bogem mendarat tepat di wajahku yang putih mulus ini. “Aduuuhhhhh....duh...duh... Woooiiii.....!!!!”, sambil kuelus-elus pipiku yang masih nyut-nyutan ini sambil mata masih merem melek saking kantuknya yang begitu mendera diriku. 
“Dari tadi dibangunin nggak bangun-bangun..... malah bibir monyong-monyong, habis ngimpi apa lho ????” 
“Hehehehe.... lagi ngimpi ketemu bidadari masbro....”, 
“Bidadari... bidadari....., wong edan.....”, lihat ni jam berapa ??? nggak kuliah ente ????
Kuarahkan mataku pada jam weker. Jam menunjukkan pukul 09.15. “Aw....aw.....aaaawwww...!!!!! “Woooiiii, bisa mingkem nggak bibir ente. Lihat jam teriak-teriak kayak wong edan...”, sambil menyumpal mulutku dengan guling yang kupakai untuk menemaniku tidur tadi... “Aduuuhhh, telat... telat... lagi nih, wah gimana nih .....?????”, bingung mindar-minder seperti sedang mencari sesuatu. “Gimana.... gimana.... mandi sono, bau udah kayak bangkai kapal....”. “Emangnya bangkai kapal baunya gimana masbro ??? hehehe...”. “Malah cengengesan, mandi sana. Udah tau terlambat masih nanya-nanya aja....”, sambil berlalu meninggalkanku seorang diri. Sebelumnya kuperkenalkan diriku. 

        Diriku disini sebagai tokoh pertama dan paling utama dalam cerita ini. Namaku Syahroni, tapi temen-temen kuliahku banyak yang manggil aku Roni. Aku adalah anak tunggal, aku tidak punya kakak maupun adik karena aku anak tunggal. Nah, aku sekarang kuliah pada jurusan teknik elektro di sebuah universitas terkemuka di Jogja. Banyak yang bilang kalau menantu terbaik adalah sarjana teknik elektro, jadi langsung aja aku masuk jurusan ini. Aku tinggal ngekos dekat kampus, jadi kalu mau kuliah tinggal nyebrang aja. Temanku yang tadi namanya Marwoto, tapi dia lebih suka dipanggil Michael, katanya sih biar lebih menarik aja kalu dipanggil.kalau Marwoto kan, kalau dipanggil nggak enak, Mar....Mar..., atau To...To...., tapi kalau buatku nama itu nggak masalah buatku, yang penting lihat muka dong, biar namanya ndeso, tapi mukaku ini muka blesteran. Sesampai di kampus aku langsung masuk ruang kelas.

        Aku mengikuti mata kuliah dengan kushuk, sampai-sampai mataku merem karenanya. Tanganku kutengadahkan keatas dua-duanya. Tiba-tiba... “Woooiii....”, aku terbangun. “lagi ngapain kamu Ron, tangan tengadah-tengadah ??? kata seorang dosen. “Anu pak, lagi cari ilham....”, jawabku. “Inspirasi dari mana sampai kayak gitu ?”, “Ilham dari atas pak...”, jawabku lagi. “Mana....mana....”, sambil matanya lihat keatas. “Ilham dari Tuhan pak.....”, kataku jengkel. Dosen kok lemot kayak gini ya, orang nih pabrikan tahun berapa sih, batinku. “yang lengkap dong makanya, jadi bapak nggak bingung gini”, katanya sambil berlalu, mungkin menahan malu. Jam kuliah selesai, saatnya bertamasya keliling kampus lain bersama teman-temanku. Seperti biasa, aku dan ke tiga temanku nongkrong dekat pendopo yang biasanya digunakan untuk kuliah tari. Lumayan buat cuci muka, soalnya kalau cuci mata kurang seger rasanya. Tapi, yang kulihat bukan dosennya, tapi wanita-wanitanya itu lho cantik-cantik banget, jadi bingung milihnya. Biar aku perjelas, aku dan ketiga temanku ini sebenarnya adalah kumpulan organisasi ijo lumut , ikatan jomblo lucu dan imut, organisasi ini buat menampung anak-anak yang susah banget cari pacar. Organisasi ini sudah berdiri sejak 2 tahun yang lalu, awktu kami sedang menempuh semester pertama, dan anggotanya pun nggak maimain, Cuma 4 orang dalam kurun 2 tahun...., hebat kan. Organisasi ini berdiri dengan misi untuk memudahkan anggota-anggotanya untuk mendapatkan pacar yang sesuai dengan kriteria kami. Oleh karena itu, kami berempat selalu berkeliling kampus mencari wanita idaman kami masing-masing. Pernah aku kenalan dengan seorang cewek. Ceweknya bule, jadi aku harus ngomong pakai bahasa inggris. “Hay... how are you ???”, kataku. “Fine, you???”, jawabnya. “Fine juga. Aaaa..... I am Syahroni, aaaa, what your name ? kataku. “I am Tina, what do you mind ???. “emm... emmm... i.. i....”, sambil garuk-garuk kepala tanda nggak ngerti maksud perkataan bule tadi. “oalah mas....mas... nek ora iso inggris yo rasah ngomong inggris. Rai jowo we sok-sokan....”, jawab bule itu. Aku kaget, sontak aku kaget, baru kali ini aku temui bule fasih berbahasa jawa. “Kok bule bisa bahasa jawa ????, tanyaku setengah masih heran. “Aku ini emang bule mas, tapi aku lahir dan besar di Solo, bapakku dari Solo, ibuku yang dari Jerman. Jadinya aku fasih bahasa jawa, gitu....”, jawabnya. “ Oooo....”, blesteran Solo-Jerman emang ada ya pikirku. Sudahlah, yang penting bulenya demen banget aku ngeliatnya. “Aku ini juga blesteran lho.....”, sambungku. “Blesteran dari mana mas, wajah ndeso gitu kok blesteran.....!!!!”, “Beneran, aku ini blesteran. Bapakku dari Malang, Ibuku dari Purwokerto.....”,kataku. “Itu sih bukan blesteran mas .....”, sergahnya. “ Ini juga dinamakan blesteran, blesteran antar Provinsi, kalau antar negara kan sudah banyak, kalau ini kan baru aku.....”, kataku mantap. Bule itu hanya keheranan mendengar ucapanku, langsung saja dia pergi, meninggalkan diriku yang kini sendirian lagi.
        Ada cerita yang kocak banget. Waktu aku dan ketiga temanku sedang muter-muter Jogja naik mobil, temanku Toni ngelihat ada cewek cantik banget menurut penglihatannya dari jauh. Seperti biasa, kepalanya dikeluarin dari jendela mobil, langsung menggoda wanita cantik tadi. Wanita itu mendekat, lama-kelamaan mukanya jadi burem, menor soalnya. Pas di teliti dan dipelajari secara seksama , ternyata dia adalah banci yag tiap hari nangkring ditempat itu. Sontak saja Toni kaget, waktu dia mau masukin kepalanya lagi, temanku memencet tombol, otomatis kaca jendela langsung terangkat naik, otomatis juga kepala temanku terjepit nggak bisa masuk. Sambil teriak-teriak temanku bilang, “Woi... jangan gitu woooiiii.....”, aku dan temanku Cuma cekikikan. Banci itu terus mendekat, dan sampailah ia didepan temanku yang kepalanya kejepit. “Halo mas.... mas ya yang tadi manggil eke..... ih cucok deh....”, katanya. Aku Cuma cekikikan tambah merinding digituin sama banci. Aku langsung menyuruh temanku untuk menurunkan jendelanya, langsung pedal gasnya ditekan. Sontak saja asap knalpot menyembul mengenai banci tadi. “Wooiiiii.....”, teriak banci tadi sambil mengambil sepatu hak tingginya dan dilemparkan kearah kami. Aku hanya tertawa terbahak-bahak, belum lagi ngeliat temanku Toni yang begitu memelas raut mukanya, sambil marah-marah nggak karuan. Singkat cerita kami berempat selalu gagal mencari tambatan hati, namun karena kami lelaki tangguh karena habis minum jamu kuat, kami tetap tidak menyerah, kami mencari dan terus mencari.

        Berbagai cara telah aku dan temanku mulai lakukan, dari nama fbku, aku tulis “Syahroni ingin dicinta, Syahroni tak ingin sendirian, Cinta Syahroni hanya untukmu, Syahroni sesuatu banget”, dan masih banyak lagi. Sampai akhirnya aku menemukan wanita yang aku inginkan. Namanya Rina, tapi wajahnya mirip banget dengan Syahrini. Mungkin ini adalah takdir yang mempertemukan kita. Waktu itu aku langsung menembaknya. Sebelum aku menembak, temanku langsung menyetelkan sebuah lagu “Wahai Rina, kau bagaikan embun di pagi hari, engkau bagaikan sinar rembulan di malam hari, tapi kalau mendung dan rembulannya tak tampak kamu bisa bagaikan halilintar, halilintar yang memancar dengan indahnya dalam hatiku”. Rina hanya diam saja, diam bukan berarti luluh akan perkataanku. Dia diam karena nggak tahan dengan tingkah dan bau bau nafasku. Maklum waktu mau nembak lupa tidak mandi. Aku langsung merespon “Rina, oh Rina, kau adalh dambaanku, belahan jiwaku ada pada belahan jiwamu. Maukah kau mempersatukan belahan jiwa itu ?”, tetap dengan keadaannya yang diam. “ Rina, maukah kau memberikan coretan-coretan untuk lembaran-lembaran hidupku yang hampa ini ???, Rina.... Rina.... Woooiiii....”, teriakku sambil menahan jengkel. Dari tadi ngomong nggak direspon, batinku. “Oooo..... ada apa ya ????”, katanya dengan gampang dan enak banget. Tiba-tiba salah seorang teman Rina datang, dia berkata “Mas.... mas.... Rina ini tuna rungu, kata-kata mas tadi nggak bakal kedengeran sama Rina”, sambil tertawa. “Ooo... gitu ya....”, sambil kututup mulutku menahan malu. Kulihat teman Rina tertawa sendiri. “Ngapain, kok tertawa ???”, tanyaku. “Lha gimana nggak ketawa mas, nembak kok lagunya lagu buat orang mati...”, katanya sambil tetap tertawa. Wajaku memerah, sudah bicara nggak didengar, temanku salah milihin lagu, harusnya kan lagu romantis masak lagu buat orang mati, untung dia nggak dengar kalau dengar dilempar aku. Masih mending dilempar pakai sleyer bekas dipakainya, enak kan. Coba kalau dia lempar pakai bata yang banyak nangkring di sebelahnya. Bisa remuk aku.
       
        Itulah cerita perjalanan cintaku dan teman-temanku. Kami berempat masih aktif di organisasi ijo lumut, kami juga tak henti-hentinya mencari wanita yang bisa kami jadikan pacar, walaupun badai menghadang seperti kata Doni dalam bukunya adaband.com, aku akan tetap setia, setia untuk menunggu datangnya peri cintaku, bukan setia dengan status kejombloan kami. Nah buat jomblo-jomblo yang masih hidup di dunia ini, janganlah risau, banyak jomblo-jomblo di dunia ini yang sedang mencari cinta. Ingatlah pesan Bondan Prakoso “Tetap semangat”, dan pesan dari Citra Scholastika “Pasti bisa”, ingat juga pesan dari Ryan D’masiv “Jangan menyerah”. Pesan itu selalu aku tanamkan dalam pikiranku, sampai-sampai aku beri pupuk supaya pesan itu berbuah menjadi pesan-pesan yang dapat memotivasi buat hidupku kini, dan selanjutnya.

FX. Dalu Pradhah P.
NIM. 11201241068

3 komentar:

  1. wah..... gokil banget ini cerpennya, sampai2x gue harus jungkir balik terus bilanga "WOW".........

    BalasHapus
  2. cerpen nya keren..
    jdi pengen buat cerpen

    BalasHapus
  3. lucu,gokil,seru,,,,,cerpennya istimewa kata "Cherybelle"

    BalasHapus