Minggu, 30 September 2012

Sintia, Masa Lalu Ku

 “Aduh...!, sakit...!,” (sambil terjatuh merintih kesakitan setelah terserempet mobil bertipe Toyota Alphard mengakibatkan keningnya memar karena terbentur aspal jalan, serta kaki perempuan itu lecet berlumuran darah. Seorang pemuda yang menabraknya bernama Dion, usianya baru sekitar 25 tahunan. Pakaiannya kemeja biru ,berdasi merah celana hitam, dan memakai sepatu pantofel hitam sehingga membuat pemuda tampak rapi. Sepertinya ia bekerja disebuah kantor perbankan terkemuka di Ibukota. Dion akhirnya menolong perempuan itu dan langsung membawanya kerumah sakit. Tanpa izin terlebih dahulu kepada perempuan itu, akhirnya ia meminta kepada para warga yang menyaksikan untuk membantu memasukannya ke dalam mobilnya. “Tolong bantu aku , mengangkat perempuan ini ke dalam mobilku untuk dibawa ke Rumah Sakit,” kepada para warga yang melihat kejadian tersebut. Setelah sampai dirumah sakit tersebut, perempuan itu langsung ditangani pihak Rumah Sakit. Perempuan itu dirawat dan akhirnya dimasukan ke ruang IGD. Dion menunggu beberapa lama, dari detik , menit , hingga berjam-jam pun ia lewati. Tepat 5 jam setelah kejadian kecelakan tersebut, Dion langsung diberitahu oleh seorang perawat bahwa perempuan tersebut telah sadar dari pingsannya. “Maaf, dengan Pak Dion?” Perawat berkata. “ Ia , saya Dion.” Jawab Dion. “Perempuan itu sudah sembuh pak.” Kata perawat. “Oh, syukurlah kalau begitu. Bolehkah saya melihat perempuan tersebut diruangan dia dirawat?” tanya Dion. Perawat tersebut langsung menjawab, “ iya tentu saja boleh, tapi jangan banyak menggagunya karena dia butuh istirahat.” Dion tiba didepan pintu kamar persis perempuan itu dirawat. Tak lama dia memandang papan nama yang berada di samping tempat tidur perempuan itu terbaring. Dan dia membaca nama dipapan tersebut. “Ny.Sintia! Hahhhhh.. Sintia!.. (sambil terkejut)” Dion langsung melihat perempuan itu. Sintia pun kaget setelah melihat orang yang menabrak dirinya adalah Dion. “Hah..! Kamu ternyata Dion!, yang menabrak aku tadi?” Kata Sintia. Dion pun menjawab, “ Kamu ternyata Sintia?? Bagaimana kabarmu? Tinggal dimana sekarang?” Ternyata, Maret mungkin bulan yang bersejarah bagi Dion, dia tak meyangka bertemu dengan Sintia yang dahulu matan kekasihnya di saat SMA. Mereka mengakhiri hubungan mereka karena tidak direstui oleh orang tuanya masing-masing. Itu disebabkan karena perbedaan keyakinan. Dion adalah seorang pemuda tampan yang beragama Budha, sedangkan Sintia adalah wanita yang sangat cantik dan beragama Islam. Mereka sebenarnya saling mencintai. Mereka sudah berpacaran mulai dari duduk di kelas 2 SMP sampai duduk di kelas 3 SMA. Tetapi apadaya mereka harus mengakhiri hubungan mereka karena takut bila tidak menuruti pertakataan orang tua mereka masing-masing. Kalau tidak menurutinya, mereka akan merasa duharka kepada orang tua mereka. Karena hubungan mereka tak direstui, akhirnya Sintia disuruh orang tuanya bekerja jauh dari tempat tinggalnya. Supaya jauh dari Dion dan dapat cepat-cepat melupakan Dion. Tapi, Dion pun mencarinya kemana-mana hingga sekarang dia bertemu dengan tak sengaja. Di dalam ruangan IGD , suasananya menjadi berubah. Dari sunyi menjadi suasana yang mengharukan. Dion pun merasa gugup bercampur tangis, dia meminta maaf kepada Sintia karena tidak sengaja telah menabraknya. Lalu Sintia memaafkan dan mengatakan ,” Tolonglah Dion, kamu telfonkan Ronal, nomer handphonenya di dompetku.” Dion pun kaget setelah mendengar kata “Ronal”. “Hah??... Ronal? , apakah dia teman sekelas kita waktu SMA?” Sintia menjawab, “ Ia dia teman SMA kita,dan Ronal sekarang adalah suamiku, dan kami sudah mempunyai 2 orang anak.” Dion pun kaget dan langsung duduk, dia tak kuasa kaget mendengar perkataan itu, karena orang yang selalu ditunggu dan dicarinya , sekarang dia sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Sintia pun mengatakan dengan bernada sedih,“ Ia maafkan aku Dion, setelah kita berpisah, selama 2 tahun aku terus bersedih karena kejadian itu, dan akhirnya aku dekat dengan Ronal dan kami akhirnya menikah, dan maafkan aku tak memberitahumu kalau aku menikah.” Tak lama kemudian Ronal dan kedua anaknya datang setelah ditelfon oleh Dion. Ronal,Sintia, serta Dion pun berbincang sebentar, tidak lama kemudian Dion meminta izin untuk pulang ke rumah. Dion pun termenung dari perjalanan, sampai dirumah dia membayangkan sosok perempuan yang dicintainya telah menikah. Kerinduan yang selama ini dia rasakan hancur dan hatinya pun pupus. Dia terpuruk beberapa hari, akhirnya ibunya lah yang menyembuhkan, dan mengatakan ”Sudahlah anakku, kau jangan memikirkan Sintia terus, janganlah kamu terjebak dalam kondisi seperti ini terus, tataplah masa depan, kehidupanmu masih panjang anaku.” Akhirnya Dion menerima nasihat tersebut dan menjalani hidupnya tanpa beban. Untung purnomo 11201244002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar