Selasa, 18 September 2012

PILIHAN



 “Kamu adalah makhluk tercantik yang pernah ku lihat, tahukah kau? karenamu aku merasakan apa itu namanya kasih sayang. Tapi maaf Adinda, aku telah dijodohkan dengan Sarah. Sejujurnya aku bingung di antara dua pilihan, antara kamu dan dia. Aku menyayangi kamu  begitu juga aku menyayangi dia. Sekali lagi maafkan aku Adinda. Aku menyayangimu selamanya.”
            Aku terdiam terpana akan kata-katanya. Aku tak sanggup berkata-kata, tak terduga air mataku jatuh.
            Malam ini aku dan koko jalan-jalan menikmati suasana kota Yogyakarta yang penuh sesak dengan jutaan pasangan kekasih, baik yang masih muda sampai yang sudah lanjut. Kami menghabiskan waktu bersama, memadu kasih yang begitu indah. Aku sangat beruntung bisa menemukan Koko. Koko memegang tanganku dengan sangat erat, aku pun membalas  genggaman tangannya dengan erat pula. Kami duduk di pinggir jembatan, memandang bulan yang bersinar cerah. Aku menjatuhkan kepalaku dipundaknya. Dengan lembut ia membelai rambutku, dan menciumnya. Bibirnya yang basah bisa ku rasakan saat ia mencium rambutku. Aku sangat menyayanginya. Tangan kami saling bertaut seakan tak bisa dipisahkan.
            “Sayang, kamu begitu cantik malam ini, taukah kamu? Aku sangat beruntung menemukanmu.” Koko mengatakan kata-kata itu dengan sangat pelan. Aku semakin betah berada di sisinya.
“ Aku punya satu permohonan!” tambahnya lagi, sontak aku langsung mendongakan kepalaku, Koko tersenyum memandang wajahku yang penuh tanya.
“Mengapa kau begitu kaget sayang? aku hanya ingin kau membuatkanku soto(makanan) saat ulangtahun kita bulan depan.” jawabnya girang dan membelai wajahku dengan lembut yang sekarang berubah menjadi cemberut.
“Aku kira kau mau berkata sesuatu yang lebih srius, ternyata hanya minta soto.” Jawabku kesal. Tapi Koko hanya membalasnya dengan senyum, dan mencium rambutku dengan mesra. Aku tak kuasa untuk terus-menerus kesal.
“Baiklah, kamu akan ku buatkan soto yang paling enak, tapi kau harus menghabiskannya! Janji?” sambil menyodorkan jari kelingking di mukanya. Dia membalas dan mengeratkan jari kelingkingnya di jari kelingkingku. Aku tersenyum puas.
Pagi ini adalah hari senin pukul 8:00 WIB aku datang ke kontarakan Koko, aku membawakannya sarapan. Dia mempunyai kebiasaan buruk, yaitu jarang sekali sarapan. Aku mengetuk kamarnya, tapi tetap tak ada jawaban. Saat ku perkeras ketukanku. Akhirnya ia pun menjawab.
“ Iya sebentar.” Suaranya begitu seksi, aku senang bisa mendengar suaranya di pagi hari, karena belum terkontaminasi, suaranya yang serak-serak basah yang hanya bisa kutemui saat  ia bangun tidur membuatku tersenyum. Aku melihatnya berdiri di hadapanku, dengan tangan kanan mengacak-acak rambut yang memang sudah tak karuan. Dengan baju yang kusut menyelimuti badannya. Aku hanya tersenyum melihatnya begitu. Aku langsung menyodorkan sarapan di mukanya. Dia tak menyangka aku akan datang pagi ini. Lalu ia menyuruhku untuk menunggu di kamarnya sementara ia merapihkan diri.
Aku tercengang melihat kamarnya yang berantakan, aku tahu dia pasti sangat kelelahan sehingga tak sempat merapihkan kamarnya. Aku pun memutuskan untuk merapihkannya. Saat aku merapihkan tempat tidurnya, aku menemukan kertas berwarna coklat. Aku sangat terkejut dengan isi surat itu, dan akhirnya aku mengurungkan niat untuk membersihkan kamarnya. Dan aku memutuskan pulang begitu saja.
Koko terus menelfonku semenjak  kejadian tadi pagi. Dia bingung mengapa aku tiba-tiba langsung pulang tanpa pamit. Aku memilih tak menjawab semua telfonnya. Pukul 13:00 WIB, aku bersiap untuk pergi ke kampus. Saat aku membuka pintu kos ku. Aku menemukan Koko sudah berada di depanku. Entah berapa lama ia menunggu ku di sana.
“Ada apa denganmu? mengapa kau menghindar?” tanyanya dengan raut muka cemas.
“Maaf nanti saja bahasnya, aku sedang buru-buru.” aku melangkah pergi.
“Mari aku antar,” Dia langsung menggandeng tangan ku, menuntunku ke dalam mobil.
            Di dalam perjalanan ke kampus, sama sekali tak ada percakapan. Aku masih belum bisa memaafkannya. Saat ku sedang melamun, mataku tertuju pada sebuah gantungan kunci yang tergantung di mobil. Foto kami berdua dengan senyum merekah diantara keduanya, dengan background Pantai Depok. Marahku pun meleleh berganti dengan tetesan air mata. Seketika Koko langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tangisku semakin menjadi, Koko  memelukku dalam diamnya, membiarkan bajunya basah oleh air mataku.
            Dengan tangannya yang besar, dia menyentuh pipiku yang basah dengan lembut. Wajahnya begitu dekat denganku. Aku bahkan bisa merasakan tarikan nafas nya.
            “ Sayang aku tak tahu, mengapa kamu jadi seperti ini, kalau kamu marah padaku, ceritalah. Jangan memendamnya sendiri. Aku tak ingin melihatmu bersedih.” Jelas nya panjang.
            Entah mengapa aku tak bisa marah lagi padanya. Dia mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Aku menatap matanya lama. Aku tak tahu apa yang harus ku katakana padanya. Koko  memelukku erat, dan membisikan satu kata “ Maaf sayang”. Dia langsung menyalakan mesin, lalu mengantarkanku ke kampus.
            Ketika Koko hendak turun dari mobil, aku menarik tangannya, sontak Koko langsung melihatku.
 Aku menggenggam tangannya erat dan berkata, “ Maaf.”
“ Tak apa- apa sayang,” Koko keluar dari mobil dan membukakan pintu untukku dan berkata,” Selamat kuliah princess.”
Aku tersenyum memandangnya. Aku berjalan menjauhi nya, aku pun bimbang mengapa aku tak bisa marah padanya? Aku sangat menyayanginya, sangat sangat sayang. Aku tak ingin putus darinya. Dia adalah cinta pertamaku.
Beberapa hari telah berlalu, aku berusaha menyembunyikan kebenaran yang ku tahu. Semenjak kejadian itu, sikap Koko menjadi lebih pengertian kepadaku. Tapi aku tak bisa begini terus, aku harus mendapatkan penjelasan darinya, mengapa dia menulis surat itu. Malam Kamis ini, aku memutuskan untuk menemui Koko ke kontrakannya. Walaupun hujan turun, aku tetap akan ke sana. Aku telah sampai di kontrakannya, aku menemukan sepasang sepatu perempuan depan pintu, aku pun masuk, saat ku sudah berada di depan kamarnya, aku mendengar pembicaraan dari dalam kamarnya. Aku mendekati pintu kamarnya yang ternyata sedikit terbuka. Aku tepat berdiri di pintu kamarnya. Aku melihat wanita cantik meneteskan air mata dihadapan Koko, tapi Koko hanya diam sedingin es. Raut wajahnya begitu datar. Aku terus berdiri tanpa se-cm pun bergeser. Perempuan itu membelai wajah Koko dan tanpa ku duga,dia mengecup bibir Koko.
 Sontak aku pun menjerit,” Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Aku berlari sebisaku diiringi dengan air mata yang mengalir deras. Koko yang menyadari keberadaanku, langsung mengejarku. Aku berlari, berlari dan terus berlari, aku tak tahu akan kemana arahku pergi. Otakku tak bisa berpikir dengan benar sekarang, hati dan otak ku sedang tidak sinkron, yang aku tahu sekarang, aku sudah di tipu. Aku bingung apa yang sedang aku rasakan, apakah aku marah? Sedih? Kecewa? Sakit? Entahlah semuanya bergabung menjadi satu. Aku terus berlari di kegelapan malam, diiringi dengan hujan yang semakin besar. Kaki ku terasa begitu lemas, aku sudah tak sanggup lagi untuk berlari. Aku berhenti, entah aku tak tahu sedang dimana aku.
 Air mataku pun tak kunjung reda. Aku teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Memori-memori lama seakan bergantian muncul di ingatanku. Aku ingat saat pertama kali dia menyentuh tanganku dan mencium tanganku, saat pertama kalinya ia menggendongku di punggungnya di pantai, saat pertama kali ia mengecup keningku, saat pertama kali ia menyebutku princess, saat pertama kali aku berkunjung ke rumah eyangnya, saat pertama kali aku membawakan kue ulang tahun untuknya, saat pertama kali aku dan dia makan bersama di cafe dekat kampus, saat pertama kali ia menjemputku, dan saat pertama kali aku memeluknya. Ingatan- ingatan itu seperti tsunami yang muncul di otakku tanpa di perintah. Aku merasa  seperti orang bodoh. Di dalam dinginnya malam, erangan tangisku makin menjadi-jadi tanpa kusadari Koko sudah berada di depanku. Tubuhnya basah oleh hujan. Ia memandangku dengan matanya yang indah. 
“ Pergi, pergi, cepat pergi, aku membencimu, aku sangat membencimu, ahhhhh… cepat pergi,”
Dia memegang pundakku, aku pun memberontak,”lepaskan aku, lepas,” aku berhasil lepas darinya. Aku berusaha untuk berlari lagi, tapi kakiku sangat lemas, aku pun jatuh, dan terus menangis, koko mengejarku dan langsung memelukku.
“Maafkan aku, sungguh maafkan aku, aku tak bermaksud seperti itu,” dia mengatakan nya sambil memelukku dengan kuat.
“Bohong,” aku mendorongnya hingga ia terjatuh.
“Kamu bohong, kamu sama sekali tak mencintaiku, selama ini aku sudah bersabar atas semua kebohonganmu,” hardikku cepat.
“Apa maksudmu?”
“ Kamu hanya mempermainkanku, iya kan? Aku sudah membaca suratmu! Isinya tentang kau ingin berpisah denganku? tapi kenapa? Mengapa kamu begitu tega, aku sangat menyayangimu, sekarang semua nya sudah jelas, kamu menipuku, semua yang sudah terjadi hanya main-main belaka.”
“Aku bisa menjelaskan semuanya, aku mohon dengarkan aku.”
“Stop, sudah cukup, aku membencimu, sangat membencimu. Aku mohon pergilah, aku tak mau melihatmu lagi.” Ucapku terisak-isak
“Maaf,” jawabnya.
Koko pun bangkit dengan langkah gontai, aku tahu ia pun menangis sama sepertiku, tapi luka ku  sangat parah, aku tak peduli lagi padanya.
            14 hari telah berlalu, aku pun menjalaninya tanpa kabar sedikitpun dari Koko.
            “ Kamu yang namanya Adinda?” tanya seseorang
            “Iya itu aku, ada apa?”
            “ Apakah kamu tak mengenaliku?”,“ Aku tak mengenalmu, ada apa?”
“ Aku adalah wanita yang bersama Koko waktu itu.” Jawabnya, aku sangat terkejut.
“ Mau apa kamu kemari?” jawabku jutek.

Aku sangat terkejut, perempuan itu telah menjelaskan semuannya padaku. Nama perempuan itu adalah Sarah. Surat itu memang benar untukku, tapi maksud Koko menulis itu agar aku bisa melupakan Koko, karena aku dan Koko tak mungkin bersama itu katanya, akupun tak mengerti mengapa Sarah mengatakan aku dan Koko tak bisa bersama, tapi tentang perasaan Koko padaku semua itu  juga benar. Koko bener-benar sayang padaku. Masalah ciuman, itu karena dia begitu menginginkan Koko.
Dan sekarang yang membuatku lebih tercengang adalah, Koko sedang di rawat di Rumah Sakit, karena terlalu lelah dan banyak pikiran. Aku benar-benar menyesal. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju RS. Di tengah perjalanan aku teringat sekarang tanggal 25 Mei 2012, itu adalah ulang tahun hubunganku yang ke 5 bulan. Aku berbalik arah menuju rumah.
Dengan sisa-sisa tenaga, aku menyiapkan bahan-bahan untuk membuat soto, air mata pun jatuh tak terbendung lagi, aku memasak untuk ulang tahun hubunganku, memasak makanan kesukaan kita berdua, air mataku pun terus mengalir.
Aku menuju RS dengan membawa soto di tanganku. Taksi melaju sangat cepat. Aku menyesal, sangat menyesal. Aku  telah sampai di depan pintu kamarnya. Aku tak kuasa untuk masuk. Aku menghapus air mata yang terus mengalir, dan mencoba tersenyum saat memasuki kamar. Aku menemukannya berbaring, dengan banyak selang yang menempel di badannya. Mukanya sangat pucat.
“Kemarilah Adinda,” Dia memanggilku dengan nafas terengah-engah. Keluarga Koko pun memberikan waktu kepada kita berdua, sekarang hanya ada aku dan dia di sini.
“Mengapa kau  tak cerita padaku?” jawabku sambil terisak.
“Aku tak ingin membuatmu sedih Adinda, kemarilah mendekat padaku,” dia menggenggam tanganku dengan erat, dan mengecupnya dengan mesra. Air mataku yang sejak tadi ku tahan, akhirnya tumpah juga.”
“Apa yang kau bawa?” tanyanya.
“ Aku membawakanmu soto, ayo coba,”
Akhirnya dia mencicipi soto buatanku.
“Kau membuatnya sambil menangis y?”, tanyanya
“Kenapa kamu tahu?”
“Tentu saja soalnya rasa sotonya asin, tapi tetap enak Adinda.” Jawabannya sambil tersenyum, selama ini dia menyembunyikan sakitnya dengan senyum manisnya.
“Kemarilah berbaringlah di sebelahku.” Aku pun menuruti kata-katannya.
Aku berbaring di sebelahnya,dalam kasur yang sempit, tubuh kami menjadi satu. Aku bisa merasakan tarikan nafasnya, merasakan degup jantungnya, merasakan panas tubuhnya, kepalaku berada di dadanya. Sangat nyaman rasanya. Aku tak ingin semua ini berakhir. Koko mencium rambutku, dan membelai rambutku dengan sangat pelan.
Dia pun berbisik, “Kamu adalah makhluk tercantik yang pernah ku lihat, tahukah kau? karenamu aku merasakan apa itu namanya kasih sayang. Tapi maaf Adinda, aku telah dijodohkan dengan Sarah. Sejujurnya aku bingung di antara dua pilihan, antara kamu dan dia. Aku menyayangi kamu  begitu juga aku menyayangi dia. Sekali lagi maafkan aku Adinda. Aku menyayangimu selamanya.”
            Aku terdiam terpana akan kata-katanya. Aku tak sanggup berkata-kata, tak terduga air mataku jatuh.
SELESAI
            Karya : Ulfa Aulia
Nim     :11201241062
Kelas   :H













Tidak ada komentar:

Posting Komentar