Ketika
membaca cerpen karya dari Kedung Darma Romansha yang bernama pena Iman
Romanshah dengan judul “ Rumah Kenangan “. Pasti akan dihanyutkan alurnya yang
selalu menggiring pembaca untuk membaca “ Rumah Kenangan “ tersebut sampai endingnya.
Tokoh ‘ Aku ‘ merupakan tokoh utama
dalam cerpen “ Rumah Kenangan “. Diceritakan bahwa tokoh ‘ Aku ‘ mengalami
pengkhianatan oleh suaminya sendiri yang tega meninggalkannya dalam keadaan
hamil sekalipun.
“ Kadang aku
berpikir, kenapa segalanya kumengerti setelah semuanya terjadi. Janji –
janjinya telah membuatku merasa yakin bahwa dia laki – laki yang paling baik
yang pernah kukenal. Sikapnya halus, pengertian, dan selalu megalah. Ah kau
lelakiku, bangsat ! Airmataku yak sadar menitik diatas koran. Konsentrasi
membacaku sedikit mengabur. Kupandangi langit – langit rumahku sambil kuelus –
elus perutku – mungkin tinggal menunggu hari anak dalam kandunganku akan lahir.
Dan aku tak tahu harus mengatakan apa ketika ia dewasa ayahnya tak ada. Uang
yang kuterima darinya setiap bulan tak mengubah kesepianku.”
Dari kutipan
tersebut terlihat bahwa suaminya lepas tanggung jawab meskipun ia memberi uang
dalam setiap bulannya namun tetap saja tokoh ‘ Aku ‘ mengalami kesepian – uang
yang kuterima darinya setiap bulan tak
mengubah kesepianku - . Seperti halnya dengan istri – istri di era modern ini
yang ditinggalkan oleh suami – suaminya yang hanya memberikan uang bulanan tanpa
memberikan rasa kasih sayang. Padahal yang dibutuhkan ialah rasa kasih sayang
tersebut. Meskipun sudah lebih baik daripada ditinggal pergi tanpa diberi uang
bulanan. Tetapi tetap saja sikap sikap seperti itu sangat merugikan kaum hawa.
Banyak pria di zaman ini yang rasa – rasanya lepas dari tanggung jawabnya. Yang
mereka “ kaum lelaki “ pikirkan hanya bagaimana bisa menghasilkan pundi – pundi
rupiah saja untuk keluarganya tanpa memperdulikan kasih sayang di dalam
keluarganya sekalipun. Bukankah kaum lelaki yang noebene bertugas sebagai imam
; pemimpin yang mempunyai kewajiban lahir dan batin untuk keluarganya harusnya
mampu memenuhi keduanya ? Tanpa meninggalkan salah satu darinya.
“ Tapi kali
ini bukan kepergianmu yang kuingat, melainkan luka yang kau tinggalkan di
perutku. Itu kau lelakiku, Masihkah kau ingat atas buah cinta di dalam tubuhku.
Kau pergi, entah untuk siapa dan apa. Kalau kepergianmu untukmenggenapkan luka
dan kesepianku, akan kuterima itu sebagai hadiah nasib. Tapi, aku tidak akan
menerima nasibmu atas kepergianmu. Dengan mata terpejam, aku berharap airmataku
akan menghapus wajah lelakiku dan luka yang pernah ditunjamkannya ke liang takdirku.”
Banyak kaum
perempuan yang ‘ rela ‘ atas kepergian lelakinya. Hanya saja, mereka tidak akan
pernah lupa dengan luka yang berbekas di hati atas kepergiannya itu. Tentunya
siapa atau orang mana yang rela serela – relanya atas kepergian orang
tercintanya. Dengan begitu tokoh ‘ Aku ‘ pun tidak menerima nasibnya dengan
mata terpejam ia berharap airmatanya dapat menghapus wajah lelakinya yang telah
menorehkan luka di jiwanya. Disaat itu ia tidak mengetahui kepergian suaminya
itu sebabnya tanpa diketahuinya. Entah untuk siapa dan apa seperti yang
diungkapkan sang penulis. Seperti pada umumnya orang yang ditinggakan itu pasti
tidak pernah tahu apa penyebab kepergiannya. Biasnya hanya menduga – duga untuk
mengetahui apa penyebabnya. Tidak seperti tokoh ‘ Aku ‘ yang diceritakan ingin
mengetahui apakah mimpi – mimpinya itu ada keterkaitan dengan kepergian sang suaminya.
Setelah
kepergiannya, kejadian – kejadian aneh menimpa dirinya. Ia selalu bermimpi
sosok perempuan aneh dengan seorang bocah perempuan kecil yang terus memanggil
– manggil namanya. Dari mimpi- mimpinya itu tokoh ‘ Aku ‘ ingin mengetahui
siapa perempuan itu. Akhirnya mendapatkan
alamat rumah dari sosok perempuan yang selalu hadir dalam mimpi – mimpinya itu
dari sebuah koran lama. Setelah mengetahui alamat rumahnyamaka tokoh ‘ Aku ’ini
mendatangi alamat rumah tersebut. Sesampainya di depan pintu rumah tersebut
lalu ia membuka pintu dengan perlahan – lahan. Tanpa disangka, suami –
lelakinya berada tepat didepannya.
“ Dia adikku.”
“ Aku masih
belum mengerti.”
“ Aku
mencintainya. Aku berbuat ini kupikir bisa membantunya untuk mendapatkan momongan,
setelah kutahu suaminya mandul. Kupikir ia menyetujui jalanku. Tapi nasib
berkehendak lain. Sejak saat itu suaminya menghilang entah kemana.”
Lalu dilanjutkan
dialog – dialog di antara keduanya sampai dengan dialog.
“ Kurniasih
bunuh diri. “
“ Kau gila
!” umpatku keras – keras.
“ gugurkan
kandungan itu ! “
Mataku
meradang menerjang pandangnya.
Setelah
mengetahui sosok perempuan yang selalu hadir dalam mimpi – mimpinya itu adalah
adik dari suaminya yang bernama Kurniasih
yang telah digauli oleh suaminya itu karena suami dari adiknya mandul.
Hal tersebut menambah amarah tokoh ‘ Aku ‘. Bagaimana tidak ? Seorang perempuan
mana yang kuat hatinya ditinggalkan suaminya hanya karena perempuan lain,
bahkan adik kandungannya sendiri yaitu saudara kandung sedarah dengan suaminya.
Mungkin sumpah serapah tidak cukup untuk perilaku seperti itu. Ternyata
penderitaan tokoh ‘ Aku ‘ tidak hanya
itu, malahan ditambah lagi dengan perintah suaminya untuk menggugurkan kandungannya.
Sungguh diluar nalar dari tokoh ‘ Aku ‘ . Bagaimana bisa ia membunuh darah
dagingnya sendiri. Seperti perempuan – perempuan pada umumnya, yang mempunyai
jiwa keibuan, pastinya tidak mungkin tega membunuh janin yang ada di
kandungannya. Tentunya tokoh ‘ Aku ‘ menolak. Justru penolakan tersebut
menjadikan suaminya semakin kasar terhadap kandungannya. Sehingga tokoh ‘ Aku ‘
terjatuh pingsan. Setelah tersadar tokoh ‘ Aku ‘ sudah berada di rumah sakit
dan melahirkan seorang bayi laki – laki.
Dari uraian
diatas, dapat dilihat bahwa tokoh ‘ Aku ‘ mengalami suatu gejolak rumah tangga
yang mengharuskannya mengetahui apa penyebab dari kepergian suaminya, ia tidak
hanya diam di rumah namun ia terus bergerak mencari tahu. Meskipun ia harus merasakan sakit diakhirnya.
Sungguh perjuangannya itu mampu membedah apa penyebab sebenarnya atas kepergian
suaminya. Perjuangan yang harus diteladani bagi perempuan - perempuan yang ditinggalkan suaminya. Mereka
harus mau dan mampu melakukannya.
Yuliyanti
11201241065
wahhh.,.,kalau bisa tulis ada cerpennya dong.,.,
BalasHapus