Selasa, 23 Oktober 2012

Biografi Bapak Pluralisme



Biografi Bapak Pluralisme


Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau lebih akrab dipanggil Gus Dur adalah seorang Bapak pluralisme. Beliau lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Gus Dur merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Ia dibesarkan dari keluarga terhormat. Ayahnya merupakan Menteri Agama pada tahun 1949, Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang, sedangkan Kakeknya adalah pendiri NU (Nahdlatul Ulama). Ia pernah belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, namun ia hanya belajar selama 2 tahun dan melanjutkan studinya di Universitas Baghdad-Irak.

Karir Gus Dur mulai terlihat saat ia berkecimpung di organisasi Nahdlatul Ulama pada awal tahun 1980-an. Karirnya semakin menanjak ketika Gus Dur di daulat sebagai Ketua Umum NU pada tahun 1984 melalui Musyawarah Nasional. Di dalam kepemimpinannya sebagai Ketua Umum NU, Gus Dur berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular. Sebagai Ketua Umum NU, Gus Dur mengemas organisasi Islam itu sebagai organisasi Islam yang terbuka, adil dan toleran. Karir Gus Dur di Nahdlatul Ulama berlanjut saat terpilih kembali sebagai Ketua Umum NU untuk ketiga kalinya pada tahun 1994.
Pada 20 Oktober 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI keempat didampingi oleh Megawati sebagai Wakil Presiden RI. Tindakan kontroversial pada masa kepemimpinannya sebagai presiden ialah saat Gus Dur menetapkan Tahun Baru Cina (Imlek) sebagai hari libur nasional. Tak heran, jika pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa Semarang memberikan penghargaan kepada Gus Dur sebagai “Bapak Tionghoa”. Gus Dur juga dikenal sebagai presiden yang memiliki rasa humor yang tinggi. Sangat jelas terlihat saat ia mengungkapkan berbagai pendapat tentang suatu masalah, baik dalam lingkup formal maupun tak formal. Sebagai contoh, saat ia sedang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika pada masa itu, untuk melakukan diskusi kenegaraan yang dijadwalkan berlangsung 30 menit, namun karena sifat humornya inilah, akhirnya mereka melakukan pertemuan hingga berlangsing 90 menit.
Karirnya sebagai Presiden RI harus berakhir pada tanggal 23 Juli tahun 2000. Ia diberhentikan melalui Sidang Istimewa MPR, dan posisinya digantikan oleh Megawati yang semula duduk sebagai Wakil Presiden RI. Walaupun Gus Dur  sudah tidak menjabat sebagai presiden, namun kinerja dan pengabdiannya sudah terlihat jelas, menjadikan Indonesia menuju zaman reformasi yang lebih baik.
Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, terutama gangguan ginjal, yang dideritanya sejak lama. Ia dimakamkan ditanah kelahirannya di Jombang, Jawa Timur. Hingga saat ini, Ia masih tetap dikenal baik oleh rakyat Indonesia sebagai Bapak Pluralisme.

Rujukan: ech-wan, Biografi Gus Dur... Bapak Demokrasi-Pluralisme. http://nusantaranews.wordpress.com/2009/12/30/gus-dur-selamat-jalan-pahlawan-demokrasi-dan-pluralisme/ (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012)


FX. Dalu Pradhah Prasaja
NIM. 11201241068/ H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar